Kamis, 05 Januari 2012

Kabinet Indonesia Bersatu II

Diposting oleh Power of Environtment di 03.33
Pernyataan Noland D Archibald pada awal 1990 an “ perubahan lingkungan dewasa ini menuntut pengelolaan organisasi dari pengelolaan yang berbasis fungsi ( functional based management ) ke pengelolaan  yang berbasis aktivitas ( Activity Based Management )”. ABM ( Activity Based Management ) memusatkan aktivitas pada tujuan untuk melakukan perubahan menuju perbaikan yang berkelanjutan. Ini merupakan pangkal permasalahan  kenapa Kabinet Indonesia II kurang berdaya.  
                                 
Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi mengungkapkan ( kompas 22 September 2011 ) kemungkinan pada bulan Oktober Kabinet Indonesia Bersatu II akan ada perombakan . Sebelumnya Soegeng Sarjadi ( kompas 21 September 2011 ) juga menyatakan perlunya Presiden SBY mengocok ulang Kabinet, demikian pula pengamat politik yang lain termasuk J Kristiadi.  Mudah-mudahan kabar perombakan Kabinet benar-benar tidak lagi menjadi kabar burung seperti dulu setiap ada prahara di republik ini yang menyangkut pemerintahan SBY selalu muncul isue perombakan kabinet.

Pangkal permasalahan.
Beberapa menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu  II tidak memiliki Activity Based Management ( ABM ) yang jelas dan terukur. Mereka lebih sering berkutat dengan kepentingan  partainya serta kehormatan dan hak-hak yang melekat sebagai pejabat Negara , sehingga lupa atau melupakan  kepentingan rakyat  yang menanti perubahan perbaikan kehidupan  selama perjalanan 2 tahun Kabinet Indonesia Bersatu II ini.  Rasa pesimistis Ketua Masyarakat Profesional Madani Ismed Hasan  Putro yang sejalan dengan getaran nurani rakyat mengatakan rencana Presiden Yudhoyono untuk melakukan perombakan kabinet telah kehilangan daya tariknya bagi rakyat meskipun perombakan itu hak prerogatif presiden. Anehnya  hak prerogratif presiden tersebut seperti tersandra oleh partai politik yang berkoalisi dalam pemerintahan SBY. Rakyat sudah jeli, dan telah merasakan  kinerja Kabinet selama 2 tahun ini  tidak memberikan nilai  yang berarti bagi kehidupan rakyat. Aktivitas yang dihasilkan kabinet Indonesia Bersatu II hanya memberikan peluang  bagi sekelompok elite politik dan penguasa meraih keuntungan    dan menari-nari sambil merampok hak kehidupan rakyat yang mestinya menjadi fokus aktivitas kabinet SBY.
Dugaan penulis beberapa menteri tidak paham  benar  aktivitas apa yang harus dilakukan untuk menciptakan nilai bagi rakyat, sehingga ada manfaat yang dinikmati oleh rakyat dari hasil kinerja kabinet.  Kinerja kabinet lebih banyak  berkutat masalah fungsi dan proporsi  pada alokasi anggaran yang harus dikelola didepartemennya ketimbang  aktivitas apa yang harus dilakukan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan rakyat sehingga mampu memberikan nilai  bagi rakyat. Jika hal ini masih tetap dijalankan sekalipun ada perombakan kabinet, maka kelangsungan kehidupan bangsa dan Negara akan dipertaruhkan ( at stake ). Keliru jika SBY dan kabinetnya membanggakan pertumbuhan ekonomi  sebagai tolok ukur keberhasilan kinerja kabinet. Bukan hanya itu , karena pertumbuhan ekonomi tidak secara otomatis memberikan  nilai bagi rakyat. Pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati oleh kelompok menegah  ke atas, belum menyentuh seluruh rakyat Indonesia. Nilai bagi rakyat  yang didambakan  adalah tata penyelenggaraan pemerintahan yang bebas dari korupsi, yang berpihak kepada keadilan bukan kepada penguasa, yang memiliki integritas kebangsaan bukan  kesukuan atau kelompok , yang memiliki kejujuran bukan kebohongan , dan  yang mampu memberdayakan rakyat bukan menindas kehidupan rakyat , serta setiap keputusan politik baik itu berupa undang-undang, keppres, peraturan menteri dan sebagainya harus menyentuh  sendi-sendi kehidupan rakyat dalam segala aspek kehidupan. Dengan kata lain beberapa menteri dalam Kabinet Indonesia II tidak memiliki Activity Based Management ( ABM ) yang baik, karena  mereka bertumpu pada partai politik, bukan pada kekuatan nalar dan keterpelajaran ( Sugeng Sarjadi ,kompas 21 September 2011 ). Jika sinyalemen ini benar ,sungguh tragis, kepercayaan yang diberikan rakyat hanya  dibuat mainan.

Pergeseran Paradigma
Jika presiden SBY , bulan Oktober benar-benar melakukan perombakan kabinet, maka  harus para menteri hasil perombakan kabinet, harus berani melakukan  pergeseran paradigma dimasing-masing departemen yang dikelolanya, karena harus disadari bahwa  rakyat adalah pemegang kendali. Jadi  hasil kinerja menteri  harus meciptakan nilai bagi rakyat. Untuk menciptakan nilai bagi rakyat , maka para menteri diharapkan melakukan perubahan  pengelolaan didepartemennya bukan atas dasar functional view yang hanya terfokus pada keberhasilan fungsi pada masing-masing yang ada didepartemennya. Kalau ini tetap dijalankan , maka misi dan visi yang dicanangkan SBY dalam masa pemerintahannya yang ke 2 ini akan terabaikan, dan rakyat akan menggugat pada Pemilu 2014 nanti. Para menteri harus  fokus pada process view yang ada dimasing-masing departemennya untuk menghasilkan perbaikan berkelanjutan yang memberikan dua manfaat sekaligus, yaitu : (1) peningkatan kualitas  nilai yang dirasakan dan dinikmati oleh rakyat dan (2 ) pengelolaan anggaran berbasis aktivitas dan  secara cost effective
Peningkatan kualitas nilai bagi rakyat , berarti tumpuan para menteri bukan pada kepentingan partai , melainkan kekuatan daya nalar dan keterpelajarnnya yang diwujudkan dalam meng-create aktivitas sesuai  kebutuhan  rakyat, bukan penguasa. Konsekuensinya adalah harus berani menghilangkan  segala bentuk aktivitas yang menimbulkan biaya  dan tidak memiliki kemanfaatan dalam mendukung peningkatan kualitas nilai bagi rakyat. Jika para menteri (hasil  perombakan kabinet ?) berani melakukan pergeseran paradigma tersebut, maka ini akan sejalan dengan aspirasi rakyat sebagai pemegang kendali demokrasi.

Kepemimpinan
Keputusan perombakan kabinet ada di tangan presiden SBY.  Disinilah nilai kepemimpinan SBY diuji. Konsekuensinya, jika dilakukan  perombakn kabinet , maka dibutuhkan ketegasan  untuk menyingkirkan sejumlah menteri yang  tidak kredibel dan kompeten dan mereka juga adalah kawan seperjuangan SBY  yang ikut mengantarkan SBY  di kursi RI 1.  Kepemimpinan SBY , tidak lagi seperti yang dipersepsikan publik yaitu  hanya menonjolkan pencitraan  individual SBY, melainkan sudah saatnya presiden SBY  mendorong para menteri agar lebih banyak  menonjolkan kualitas aktivitas yang bermakna bagi rakyat serta melakukan relasi dengan berbagai elemen masyarakat guna mendapatkan masukan untuk perbaikan berkelanjutan di departemen yang dipimpinnya , sehingga  tidak ada lagi menteri yang berlindung dibalik presiden seperti kabinet yang sekarang ini. Penulis berkeyakinan presiden SBY  tidak akan berpikir tunggal dalam mengambil keputusan besar, yaitu perombakan kabinet, tetapi akan berpikir  ganda seperti yang menjadi harapannya, yaitu melipatgandakan kinerja kabinet  untuk Indonesia. Juga  persepsi publik mudah-mudahan juga keliru, bahwa presiden SBY bukan pemipinan yang peragu dalam membuat keputusan. Semoga…..

0 komentar:

Posting Komentar

 

Power of Environment Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review