Kamis, 05 Januari 2012

Problem Lingkungan Kawasan Pantai Semarang

Diposting oleh Power of Environtment di 06.42
Problem Lingkungan Kawasan Pantai Semarang


A.       Pasang Surut dan Banjir
Pasang surut (pasut) air laut adalah fluktuasi muka air laut, karena adanya gaya tarik benda-benda di langit (terutma matahari dan bulan) terhadap masa air laut di bumi. Pasang surut di perairan Indonesia dapat dikelompokkan menjadi: (1) Pasang surut tunggal mendominasi perairan Indonesia Sebelah Barat, dan (2) Pasang surut ganda tunggal mendominasi perairan Indonesia Sebelah Timur. Perbedaan pasut tertinggi dan terendah yang optimal berkisar antara ( 1 – 3 ) m.
Pasut pada kawasan pantai Kota Semarang, menjadi sangat istimewa sehubungan dengan masalah banjir ROB (Dari bahasa Jawa, yang artinya luapan / banjir), yaitu banjir yang terjadi saat air laut pasang. Pengamatan pasut dilakukan oleh PT. Pelabuhan Indonesia III. Hasil pasut pada tahun 1998, 1998, dan 2000 disajikan pada Tabel 1. di bawah ini.
Tabel 1.Data Pengamatan Pasut Tahun 1998 – 2000
No
Nama Elevasi
Pengamatan
Nop. 1998 (cm)
Pengamatan
Des. 1999 (cm)
Pengamatan
Nop. 2000 (cm)
1.
High-High Wter Level  ( HHWL )
126,40
155,43
145,07
2.
High Water Level  ( HWL )
120,40
143,37
141,43
3.
Mean Sea Level  ( MSL )
60,00
83,37
81,63
4.
Low Water Level   ( LWL )
0,00
23,37
21,63
5.
Low Low Water Level  ( LLWL )
- 6,40
13,80
15,47
Sumber: PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III, Tahun 2000.

Dari Tabel 1 diatas kita mendapat penjelasan bahwa dalam kurun waktu 1 (satu) tahun (1998/1999) terjadi perubahan Elevasi MSL sebesar 23,37 cm, dan terjadi penurunan kecil 1,94 cm. Kondisi ini diduga karena pengaruh penurunan tanah di lokasi pengamatan. Kemudian antara tahun 1999/2000, efek penurunan ini diantisipasi dengan Bench Mark (BM) baru yang berpondasi 100 m.
Di kawasan pantai Semarang, selain rob juga terjadi banjir kiriman akibat air hujan dan banjir gabungan rob dan genangan air hujan. Dari berbagai studi yang pernah dilakukan, dapat diduga bahwa ROB terjadi akibat sebagai berikut: (1) perubahan penggunan lahan di kawasan pantai (reklamasi lahan sawah, rawa dan tambak menjadi kawasan permukiman, kawasan Industri, dan penggunaan lainnya), (2) Penurunan muka tanah (land Subsidence), dan (3) Naiknya muka air laut rata-rata sebagai akibat efek pemanasan global.

B.       Amblesan Tanah (Land Subsidence)
Dari hasil penyelidikan Dit. Geologi dan Tata Lingkungan dapat diketahui bahwa amblesan yang terjadi berkisar antara 0,02 - 0,25 m/th. Secara umum wilayah pantai Kota Semarang dapat dikelompokkan menjadi 4(empat) zona amblesan tanah, yaitu: (1)  Zona amblesan > 0,2 m/th; (3) Zona amblesan = 0,10 – 0,15 m/th; (2) Zona amblesan 0,15 – 0,20 m/th; (4) Zona amblesan < 0,05 – 0,10 m/th. Amblesan tanah yang cukup besar terjadi di sekitar Pelabuhan Tanjung Mas, Pondok Hasanudin hingga Stasiun Tawang, yaitu sebesar 0,2 m/th.

C.       Akrasi pantai.
Pantai merupakan pertemuan yang dinamis antara daratan, air laut dan udara. Bentuk pantai senantiasa berubah, sebagai respon terhadap aktivitas alam dan aktivitas manusia. Pantai dapat tumbuh (proses akrasi) dan berkurang (proses abrasi). Pada kawasan pantai Kota Semarang, bentukan akrasi  dapat ditemukan pada bagian Timur Kawasan Pantai Kota Semarang. Secara umum diketahui bahwa pantai Kota Semarang telah mengalami pertumbuhan yang cukup besar, yaitu mulai tahun 1847 – 1991. Pertumbuhan pantai yang tercatat antara tahun 1847 – 1991 sebesar 581 m, sedangkan antara tahun 1940 – 1991 terjadi penambahan lagi sebesar 303 m. Jadi selama ini telah terjadi pertumbuhan garis pantai sepanjang 884 m selama 144 tahun atau akrasi rata-rata 6,13 m/tahun

D.      Abrasi pantai.
Pada umumnya abrasi pantai disebabkan oleh: (1) Adanya ombak yang kuat yang membentuk sudut tertentu, (2) Garis pantai yang tidak lurus, sehingga arus dan ombak yang menabrak pantai menjadi arus konvergen ayau divergen, (3) Jenis tanah pantai yang tidak kuat, mudak terkena abrsai, (4) Tidak mempunyai penghalang atau pemecah arus ombak, seperti pohon bakau, karang, bangunan fisik,   jalur hijau   sebagai  pemecah angin  di darat,    (5) Gangguan oleh manusia yang
merusak lingkungan di pantai. Abrasi di Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Tugu bertaraf berat, hal ini terkait dengan jenis tanah yang tidak dispers atau nilai dispers rendah yang selalu terendam air (nilai TDS di Sungai Keceng < 25 ppm dan Sungai Mangunharjo 231 ppm),  sehingga struktur tanah tidak terbentuk.
Hal ini yang mendukung abrasi lebih kuat dibanding sedimentasi pantai dan muara sungai. Proses abrasi terjadi juga di daerah sekitar pantai Tanah Mas.

E.       Intrusi air laut.
Berdasarkan hasil “Studi Evaluasi Instrusi Air Laut di Daerah Kota Semarang Tahun 1997’, diketahui bahwa pada kedalam tanah kurang dari 5 m telah banyak tempat di daerah pantai Kota Semarang air tanahnya asin hingga payau. Adapun keterangannya sebagai berikut:
·     Pada kedalaman tanah: 5 – 17,5 m, air tanah asin sudah  mencapai Simpang Lima Semarang (Pusat Kota Semarang), sedangkan air tanah payau sudah mencapai wilayah Kecamatan Semarang Selatan.
·        Pada kedalaman tanah 50 – 75 m, air tanah asin mencapai sebagian wilayah Kecamatan Semarang Barat, dan air tanah payau mencapai sebagian besar wilayah Kecamatan Semarang Barat dan Semarang Tengah.
·      Pada kedalaman tanah 100 – 125 m, air tanah asin mencapai Kecamatan Tugu,  Semarang Utara, Semarang Timur, dan Genuk. Sedangkan air tanah payau mencapai sebagian wilayah Kecamatan Semarang Barat.
·          
F.        Sedimentasi.
Menurut hasil penelitian SSUDP tahun 1997, ternya sekitar 39% dari luasan wilayah Kota Semarang berpotensi menimbulkan erosi dari kelas paling ringan (5 m3/Ha/th) hingga kelas erosi yang paling berat (400 m3/Ha/th). Akibat erosi di bagian atas tersebut menyebabkan sedimentasi di wilayah pantai Kota Semarang. Dampak langsung dari hal ini adalah gangguan terhadap fungsi pelabuhan, pengdangkalan alur sungai serta mempanjang waktu genangan banjir. Kondisi sedimen yang diangkut melalui beberapa sungai menuju Wilayah Pantai Kota Semarang, terinci dalam Tabel 2. di bawah ini.

Tabel 2. Kondisi Sedimen Pada Beberapa Sungai Yang Menuju Wilayah Pantai Semarang
No.
Sungai Pemasok Sedimen
Total Angkutan Sedimen (1000 m3/th)
Angkutan Sedimen Spesifik
M3/Km2/th
1.
Kali Babon
109,70
1.425,00
2.
Kali Banjir Kanal Timur
18,30
618,00
3.
Kali Silandak
22,30
2.624,00
4.
Kali Sringin
29,50
929,00
5.
Kali Banjir Kanal Barat
240,20
1.177,00
6
Kali Blorong
171,60
1.093,00
T o t a l
591,60
7866,00
Sumber: SSUDP Midterm Action Plan, 1997



0 komentar:

Posting Komentar

 

Power of Environment Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review